The Byte Converter

Byte Kilobyte Megabyte Gigabyte

1 Byte = 8 Bit
1 Kilobyte = 1024 Bytes
1 Megabyte = 1048576 Bytes
1 Gigabyte = 1073741824 Bytes


The Byte Converter by Malte Philipp

Rabu, November 01, 2006

KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP !


KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP !

Mari kita kendalikan teknologi agar teknologi tidak mengendalikan kita
Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir
sepanjang hari. Apa yang ditonton? Anak-anak menonton acara TV apa saja
karena kebanyakan keluarga tidak memberi batasan menonton yang jelas. Mulai
dari acara gosip selebritis; berita kriminal berdarah-darah; sinetron remaja
yang penuh kekerasan, seks, intrik, mistis, amoral; film dewasa yang diputar
dari pagi hingga malam; penampilan grup musik yang berpakaian seksi dan
menyanyikan lagu dengan lirik orang dewasa; sinetron berbungkus agama yang
banyak menampilkan rekaan azab, hantu, iblis, siluman, dan seterusnya.
Termasuk juga acara anak yang banyak berisi adegan yang tidak aman dan tidak
pantas ditonton anak.

Bayangkan kalau anak-anak kita adalah satu dari mereka yang tiap hari harus
menelan hal-hal dari TV yang jelas-jelas tidak untuk mereka tapi untuk orang
dewasa. Anak-anak akan sangat berpotensi untuk kehilangan keceriaan dan
kepolosan mereka karena masuknya persoalan orang dewasa dalam keseharian
mereka. Akibatnya, sering terjadi gangguan psikologi dan ketidakseimbangan
emosi dalam bentuk kesulitan konsentrasi, perilaku kekerasan, persepsi yang
keliru, budaya 'instan', pertanyaan-pertanyaan yang 'di luar dugaan' dan
sebagainya.

Hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas
dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal
yang lebih penting daripada sekadar menonton TV. Namun jutaan orangtua di
Indonesia pada umumnya cemas dan khawatir dengan isi siaran TV kita.
Kalangan industri televisi punya argumentasi sendiri mengapa mereka
menyiarkan acara-acara yang tidak memperhatikan kepentingan anak dan remaja.
Intinya, kepentingan bisnis telah sangat mengalahkan dan menempatkan anak
dan remaja kita sekadar sebagai pasar yang harus dimanfaatkan
sebesar-besarnya. Meski beberapa stasiun TV sudah mulai memperbaiki isi
siaran mereka, itu tetap tidak bisa menghilangkan kesalahan mereka di masa
lalu dalam memberi 'makanan' yang merusak jiwa puluhan juta anak Indonesia.

Pemerintah maupun institusi lain, terbukti tidak mampu membuat peraturan
yang bisa memaksa industri televisi untuk lebih sopan menyiarkan acaranya.
Sehingga, tidak ada pilihan lain kecuali individu sendiri yang harus
menentukan sikap menghadapi situasi ini. Anggota masyarakat yang bersatu dan
memiliki sikap yang sama untuk menolak perilaku industri televisi kita, akan
menjadi kekuatan yang besar apabila jumlahnya makin bertambah. Penolakan
oleh masyarakat yang merupakan pasar bagi industri televisi, pada saatnya
akan menjadi kekuatan yang luar biasa besar.

Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih &
intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup
untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak
menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam
seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama
itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka
juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan
berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang
penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar
cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.

Faktanya.

. Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif
siaran TV.

. Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah
sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih
besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000
jam/tahun.

. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, "Kidia" mencatat bahwa pada
2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus
betul-betul diseleksi.

. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar
perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170
jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah
sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.

. Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak
Aman untuk anak.

. Acara yang 'Aman': tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan
mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah
dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.

. Acara yang 'Hati-hati': isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis
namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang
cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.

. Acara yang "Tidak Aman": isi acara banyak mengandung adegan kekerasan,
seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada
adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?

. Berpengaruh terhadap perkembangan otak

Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan
perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman.
Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui
tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta
tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

. Mendorong anak menjadi konsumtif

Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka
menjadi konsumtif.

. Berpengaruh terhadap Sikap

Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi,
besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka
bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat
yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap
mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.

. Mengurangi semangat belajar

Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat
mungkin anak menjadi malas belajar.

. Membentuk pola pikir sederhana

Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan
memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada
akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan
perkembangan kognitifnya.

. Mengurangi konsentrasi

Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara
dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.

. Mengurangi kreativitas

Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi
manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa
bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan
Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya
kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan
lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan.
Ini membuat anak tidak kreatif.

. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)

Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan
waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak
sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih
banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang
diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli
makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi
kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka
secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh
tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk,
tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga

Kebanyakan anak-anak menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu
untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya 'terpotong' atau terkalahkan
dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang
seharusnya menjadi ajang 'berbagi cerita' antar anggota keluarga. Sehingga
bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan
mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup
selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang
masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah
yang berbeda.

. Matang secara seksual lebih cepat

Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu
anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak
pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas
untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat
dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi,
mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka
lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi
pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis
semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab
sosial,moral & etika.

Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?
Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak
terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku
bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV,
orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh,
mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama.
Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama,
keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program 'Hari Tanpa TV'
ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Pertimbangkan Hidup tanpa TV

Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk,
banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk
anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman
hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan
untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu
masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan
anak Anda sepanjang tahun.

Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat?
Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan
berdampak besaaar!

Bantu kami untuk menyebarkan bahaya TV kepada masyarakat, dengan
meningkatkan kewaspadaan publik, membantu orang untuk menikmati hidup tanpa
TV, membantu mereka melakukan aktivitas yang bebas-TV, dan menawarkan
tips-tips sederhana tentang cara melakukannya, kita akan membantu jutaan
anak untuk mematikan TV dan menyadari bahwa hidup tanpa TV itu lebih
menyenangkan dan menenangkan. Dengan mematikan TV, kita jadi punya waktu
untuk keluarga, teman, dan untuk kita sendiri.

Apa Manfaat HARI TANPA TV?

Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir,
membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih
menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV
membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar,
berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.

Bagaimana Caranya?

. Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat

Biasakan anak Anda membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari,
kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak
Anda atau biarkan sekali-kali anak Anda yang membacakan cerita untuk Anda.
Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada
mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak
untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan
menyenangkan bagi anak Anda dengan cara membuat buku berada di sekitar
mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang
pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku
sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.

. Bercocok tanam

TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh
alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak
bercocok tanam, Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda banyak hal. Mulai
membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa
belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram
bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu
mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu
perlu air dan matahari!

. Bermain

Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak
hal.

. Melihat awan

Aneh? Mungkin. Karena kita tidak dibiasakan menikmati langit. Atau kita
biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal
awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk
hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa
mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang
mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Kita juga bisa
mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan mereka mengarang cerita
tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di awan. Hal ini bisa
memicu daya imajinasi dan kreativitas.

. Menulis surat

Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak
kita. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang
menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih
banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko
dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak
senang bila menerima balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau
saudara yang tinggal jauh. Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal
teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih
kebiasaan menulis.

. Jalan-jalan

Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang.
Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja
untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan
membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk
tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit
jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi
berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres.
Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan
pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk
lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan
transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9,5
juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya. Bayangkan!

. Berenang

Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak Anda berenang. Selain sangat
menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga. Kalau bosan
untuk berenang di kolam sekitar Anda, ajak anak untuk pergi ke pantai.
Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah
dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.

. Bersepeda

Kalau dilakukan sendiri, mungkin bisa membosankan. Tapi coba lah bersepeda
pagi-pagi bersama seluruh keluarga. Selain murah dan menyehatkan, kita bisa
mengajak anak untuk menghias sepedanya menjadi sepeda yang indah.

. Mendengarkan radio atau membaca Koran

Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran.
Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya
dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk
mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah
wawasannya tentang dunia

. Memasak bersama ibu

Masak-memasak bukan hanya kerjaan 'perempuan', bila sesuai, anak lelaki pun
tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti
berguna juga baginya. Ajak anak Anda memasak makanan-makanan ringan yang
unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau es krim
rasa pisang!

. Bikin lomba antar RT

Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Sekarang kita tidak perli
menunggu moment itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal
anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di
depan TV.

. Berolahraga

Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya
menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi
olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga. Kalau mau yang sederhana,
main badminton. Kalau mau yang lebih menantang, pergi water rafting!

. Bakti sosial

Kita sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang di lingkungan
sekitar yang tidak seberuntung mereka. Ajak anak Anda untuk bersama-sama
membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi
digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti
asuhan di sekitar rumahmu.

. Rapikan rumah dan halaman

Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak
Anda untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak
selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa pembantu disebut demikian
karena tugasnya memang 'membantu' hal-hal yang kita tidak bisa kerjakan.
Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab
dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan
bersih itu sehat dan menyenangkan.

. Ambil les

Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak
kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak anda. Mulai
dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari
mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya.
Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah
menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk
istirahat juga.

. Bercengkrama dengan keluarga

Nah ini yang mahal. Karena penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6
mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para
orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit
perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan
dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi
waktu kita untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena
terpotong aktivitas sehari-hari.

. Belajar

Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu
bukan hanya lewat buku. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui.
Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri,
belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu..!

. Mengerjakan keterampilan tangan

Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga
kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam
bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari
sabun mandi.

. Ke kebun binatang atau museum

Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat
beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya
menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, kita juga bisa
mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara
langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita
bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak
menarik tentangnya.

Tidak punya waktu? Matikan saja TV-nya dulu. Mengurangi waktu menonton TV
memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata toh ada ribuan hal lain
yang menarik untuk dilakukan, bukan?

Tips cara mematikan TV

. Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu 'mencolok'
. Matikan TV pada waktu makan.
. Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
. Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
. Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya
untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.
. Pindahkan TV dari kamar anak Anda.
. Sembunyikan remote controlnya.
. Tidak ada TV di hari sekolah.

Jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu
lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas.
Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah
sangat penting untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih
banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV
lebih sedikit, dilakukan sebagai 'acara keluarga' sehingga mematikan TV
adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan
waktu bercengkrama bersama.

--
Best Regard
Erwin Arianto,SE


____________________________________________________________________________________
Get your email and see which of your friends are online - Right on the New Yahoo.com
(http://www.yahoo.com/preview)